Perjalanan : Menjadi Pembicara dengan tema Pemanfaatan Teknologi untuk Pemajuan Kebudayaan





Kamis 27 Juli 2023 saya diberi kesempatan untuk sharing tentang bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk upaya pemajuan kebudayaan. Lokasi kegiatan tersebut dilaksanakan di Garut, Kota kelahiran bapak saya. Lokasinya ada di sekitar wilayah cipanas Kab Garut Lebih tepatnya di Hotel Harmoni.

 

Untuk acara tersebut awalnya saya di kontak oleh teman yang ternyata pernah bersingungan di beberapa aktifitas yang dilaksanakan oelh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun yang satu ini lebih condong pada kegiatan kebudayaan.

 

Singkat cerita saya berangkat pagi hari, rencana berangkat adalah sekitar pukul 6 pagi karena saya berniat sampai lebih dulu yakni target sebelum jam 9 sudah disana. Namun rencana tinggal lah rencana saya nyatanya berangkat jam 8 pagi. Hal tersebut terjadi karena saya harus menyelesaikan paparan materi, yang rencanaya dilaksanakn malam hari sebelumnya namun tiba-tiba rasa ngantuk menyerang dan pada akhirnya saya menyelesaikan di Pagi Harinya :D, jangan ditiru yah.

 

Saya berangkat dari Dago melalu tol pateur dan cileunyi perjalanan relative lancar. Hingga saya berhasil sampai di lokasi adalah sekitar pulu 10 pagi. Sesaimpai disana ternyata acara belum dimulai. Peserta masih berbondongh-bondong mengantri untuk mengisi absensi kehadiran. 

 

Saya kemudian disambut oleh kawan yang menghubung saya kemudian dikenalkan kepada tim atau rekan kerjanya. Sambal menunggu saya dipersilahkan untuk sarapan terlebih dahulu. Namun karena saya berniat melaksanakan intermiten fasting (niatnya) saya fikir nanti saja sarapanya pas makan siang. Sambil menunggu salah satu rekan dari teman saya memperkenalkan saya dengan pimpinan beliau dan dengan yang punya acara di ruang VIP.

 

Sesampai di ruang VIP ternyata saya diperkenalkan dengan kepala dinas, Direktur dari kawan saya dan juga sang inisiator acara yang ternyata merupakan anggota Dewan RI yang “mungkin” sedang melaksanakan reses. Ternyata acara tersebut para pesernaya berasal dari konstituen daerah pemilihanya. Sejenak berbincang akhirnya saya dipersilahkan untuk masuk ke ruangan karena acara akan segera di mulai.

 

Saya masuk dari pintu depan dan berencana akan duduk di kursi depan. Namun saya melihat pintu depan penuh dan akhirnya saya mencari kursi hingga ke belakang. Selama perjalanan dari depan ke belakang saya mencoba memperhatikan peserta. Hampir semua peserta memakai pakaian bernuansa kuning (bisa nebak dong dari partai mana :D). kalu dari segi usia saya melihat cukup random ada anak muda hingga bapak-bapak berkumis warna putih. Saya tidak terlalu kaget dengan segmentasi pesertanya karena kawan saya yang mengontak saya sudah memperingatkan bahwa peserta yang hadir merupakan peserta yang relative random latar belakangnya. Para peserta terdiri dari mahasiswa, komunitas, padepokan seni, perguruan pencak silat hingga perwakilan dinas dan TNI Polri. Karena peseserta begitu random biasanya saya menyiapkan materi yang umum agar terhidar kadri istilah-istilah yang membingungkan.

Acara dibuka dengan berbagai sambutan dan yang paling menarik dengan berbalas pantun. Kemudian saat seseorang membacakan pantun karena konteksnyua ada di sunda kata “cakep” untuk biasa membalas pantun diganti dengan “geulis” atau “kasep”. Kegiatan pembuka dan sambutan-sambutan (termasuk materi) dilaksanakan hingga sekitar pukul 12.30 siang. Materi yang disampaikan berkenaan dengan undang-undang pemajuan kebudayaan dan di sambungkan dengan konteks garut.

 

Acara Kembali dimulai sekitar pukul 13.30 sebelum saya naik panggung perasaan cukup deg-degan karena khawatir tidak sesuai dengan ekspektasi oranhg-orang yang mengundang saya. Mungkin mereka bingung kenapa yang di undang itu anak muda kaya saya heheh (padahal usia udah 34 tahun).

 

Mulai lah saya memaparkan materi, saya di bantu oleh seorang moderator dan  terlihat moderatornya seperti yang agak sedikit gugup. Penyampaian materi berjalan lancar nampaknya, tidak sesuai dengan apa yang sebelumnya saya khawatirkan. Peserta pun cukup antusias dan memberikan respon-respon positif. Tidak terasa ternyata waktu saya habis padahal materi masih ada , hingga diingatkan oleh moderator. “Pak Maaf waktu tinggal 5 menit” kemudian saya bergegas untuk menyelesaikan materi.

 

Sesi ditutup denga sesi tanya jawab. Seinget saya ada 3 orang yang melayangkan pertanyaan. Pertanyaan pertam adalah tentang objek kebudayaan yang di claim oleh negara lain dan persoalan dengan hak paten. Kemudian pertanyaan ke-2 adalah tentang algoritma sosial media yang ditawarkan jauh sekali dengan budaya nasional dan terkahir merupakan sebuah komentar.

 

Acara ditutup sekitar pukul 15.00 dengan pembagian hadiah. Kemudian saya undur pulang kepada para pimpinan. Dan ada beberapa peserta yang menghampiri untuk menanyakan nomor telpon yang sebenarnya sudah saya tunjukan di silide saya numun tipe. Ada dari perguruan pencak silat minta bimbingan soal konten dan ada juga orang yang berasal dari kecamatan Cibatu (tempat lahir bapak) dan ternyata beliau mengenal kakak bapak saya (Ua) menarik sekali dunia.

 

Perjalan menuju bandung relative lebih lama karena saya sempat mampir untuk beli kopi dan cemilan, karena ternyata mengemudi tanpa cemilan itu ngantuk. Selain itu ada perbaikan di jalan tol. Perempuan yang sebenernya bisa ditempuh dalam waktu 1,5 – 2 jam ini ditempuh sekitar 3 jam lebih.

Komentar