Cerita Di Desa Pakusamben Cirebon

Desa Pakusambn merupakan salah satu desa yang berada di wilayah administratif Kab Cirebon Kecamatan Babakan. Beberapa waktu yang lalu saya bersama seorang teman pergi kesana untuk melaksanakan kegiatan pemetaan sosial desa tersebut. Namun karena alasan satu dan lain hal pemetaan sosial di desa tersebut tidak jadi dilaksanakan meskipun kami sempat datang kesana dan mewawancarai Sekdes atau PLT Kepala Desa (karena pada saat itu baru dilaksanakan pemilihan Kuwu (sebutan kepala desa warga sekitar) dan Kuwu yang baru belum dilantik.

Pemberangkatan dari Bandung  dilakuan dari pukul 08.30 demgan menaiki Bis. Saya berangkat menuju Cirebon bersama 5 orang rekan saya yang dibagi menjadi 3 kelompok dan akan menuju desa yang berbeda. Kami Tiba di Terminal Cirebon Pukul 14.00. Dari terminal menuju desa pakusamben Kecamatan Babakan kita carter angkot hingga lokasi desa. Dari terminal berangkat  sekitar pukul 14.30 dan tiba dirumah sekdes sekiitar Pukul 15.30. Kami langsung kerumah sekdes karena kantor desa telah tutup. Di rumah sekdes kami pun sempat menunggu sekitar satu jam karena sekdes tidak ada dirumah.
Ketika berbincang dengan sekdes ada beberapa poin yang dibicarakan :

  •  Komoditas utama di desa Pakusamben terdiri dari 3 jenis yaitu Tebu, Bawang merah dan jagung. Tebu dijual langsung ke parik untuk diolah menjadi gula. Bawang dan jagung dijual ke tengkulak.  
  •  Program pemberdayaan masyarakat pernah dilakukan sebelumnya. Namun tidak berjalan dengan baik terutama pada saat pencairan dana. Sejumlah oknum menginginkan atau memiliki kepentingan tertentu
  • Jumlah penduduk di desa Pakusamben sekitar 5000-an dan jumlah warga miskin di desa tersebut mencapai 4000an. Namun dilapangan ketika ada bantuan hampir setiuap warga menginginkan mendapatkan bantuan. Terbukti dari raskin yang diperuntukan untuk orang miskin di desa ini raskin dibagi rata untuk semua warga sehingga dikenal dengan istilah “RASTA” (beras rata)

Setelah berbincang hingga sekitar pukul 17.30 akhirnya sekdes mengantar kami menuju Desa Kalimaro tempat teman lain(Rini dan Soni). Di jalan kami melihat warga mengembangkan teknologi lokal untuk mencegah raron bertelur di daun bawang. Mereka menempatkan lampu-lampu dipinggir kebun bawang agar laron tertarik kesana dan bertelur disana. Menurut pak kades merupak teknologi yang dikembangkan oleh warga namun dia tidak tahu siapa yang memulainya terlebih dahulu. Kami akhirnya sampai sekitar pukul 17.45. Kami meminta izin untuk menginap  Semalam di rumah ketua kampung dan mereka pun mengizinkan. Rencananya besok paginya kami akan kembali kedesa Pakusamben untuk mewawancari aparatur desa lainnya. Setelah itu kami akan langsung pulang ke Bandung



Field Notes Desa Pakusamben ( 20 Juni 2013)
Setelah mendapat data hari pertama hasil wawancara dengan Sekdes, kami mengungkapkan akan kembali hari ini (20/06/13) untuk wawancara atau berbincang dengan staf desa lainnya. Untuk memenuhi janji tersebut kami berangkat dari desa kalimaro sekitar Pukul 09.30. Kami berjalan sekitar 200 meter hingga jalan raya. Terlihat di kanan kiri jalan yang kami lewati merupakan kebun tebu sebagai salah satu komoditas desa kalimaro. Kami berjalan hingga batas desa dan kemudian menaiki elf menuju desa pakusamben. Waktu yang ditempuh hingga kami turun kurang dari 10 menit. Dari lokasi kami turun hingga balai desa kami harus menempuh jarak sekitar 300 meter. Sepanjang perjalanan kami melihat sekitar 5 warung dan usaha jahit dipinggir jalan adapula yang jualan batik.

Ketika kami masuk kebalai desa tak seorang pun hadir disana. Mungkin pegawai desa sedang hadir dihajatan kuwu terdahulu, karena pada saat itu ada hajatan pernikahan dari anak kuwu terdahulu. Balai desa begitu sepi hingga kami menunggu sekitar 5 menit datanglah seseorang . seorang bapak-bapak separuh baya, dengan rambut lurus dan sebagian telah memutih mengenakan kacamata serta pakain dinas. Dia menyapa dengan aksen bahasa Cirebon. Ternyata dia adalah Sarjono dan merupakan Kepala urusan pemerintahan Desa Pakusamben.
Kami dipersilahkan duduk dan berbincang mengenai beberapa poin diantaranya adalah :

Sumberdaya desa Pakusamben
Apabila dirangking komoditas utama d idesa pakusamben terdiri dari tiga yaitu; (1) Bawang Merah, (2) Tebu dan (3) Jagung. Meskipun komoditas utama di desa tersebut adalah bawang. Sebagian besar  warga desa pakusamben merupakan petani penggarap. Kepemilikan lahan dimiliki atau disewa oleh orang luar. Termasuk tanah bengkong dan titi sara disewa oleh orang luar. Penguasaan lahan yang dimiliki oleh warga desa pakusamben ini adalah sekitar ½ hektar. Penjualan ketiga komuditas tersebut sepenuhnya dikuasai oleh tengkulak. Selain pertanian adapula usaha lainnya yaitu usaha anyaman dari bamboo dan usaha lokal seperti pembuat gorengan pisang namun jumlahnya relative sedikit. Adapun luas wilayah desa Pakusamben adalah 148,028 ha.
Kelembagaan dan Bantuan
Lembaga ekonomi yang ada di Pakusamben diantaranya  adalah Gapoktan, kelompok usaha prdagang dan koperasi simpan pinjam. Sarjono mengakui kalau kelompok-kelompok tersebut dibentuk karena adanya bantuan-bantuan dari pemerintah yang menyaratkan kalau penerimnya merupakan kelompok.
Kondusifitas
Sarjono mengakui kalau Desa sedang berkejolak karena pemilihan kuwu, Namun dia menegaskan hal tersebut wajar karena dalam kehidupan bermasyarakat pati aka nada perbedaan. Namun gejolak tersebut akan menurun seiring waktu dan dilantiknya Kuwu yang baru. Sarjono mengklarifikasi ungkapan Sekdes yang menyatakan kalau desa sedang tidak kondusif. Secara umum desa ada dalam keadaan kondusif meskipun ada beberapa RT yang tidak kondusif .  
Kondusifitas ini mungkin akan membaik setelah pelantikan  kuwu yang akan digelar paling cepat 10[1] hari setelah pemilihan atau selambat-lambatnya 30 hari.  Jadi pemetaan sosial akan visible dilakukan di desa pakusamben setelah dilakukan pelantikan kuwu.
Setelah berbincang akhirnya kami pamit. Sarjono berharap pemetaasn sosial dapat dilakukan di desa pakusamben karena dengan itu telah membantu mereka dalam upaya pendataan desa. Sambil jalan pulang Sarjono mengungkapkan apabila sosmap dilaksanakan kita boleh tinggal dirumahnya. Kami meninggalkan balai desa sekitar Pkl 11.00. Kami berjalan hingga jalan utama kemudian menaiki elf hingga terminal Cirbon. Waktu yang ditempuh sekitar 30 menit. Sampai di terminal sekitar pukul 12.00 kami istirahat sejenak untuk sholat.  Berangkat menuju bandung sekitar pukul 12.30 naik bus kami berpisah dijati nangor sekitar pkl 17.30 dan bus tiba di Cicaheum sekitar pulul 19.00.





[1] Pemilihan kuwu dilaksanakan pada tanggal 17 juni 2013



Komentar