Tarawangsa, Seni Ormatan yang Terlupakan (2/21)

 
Tarawangsa di dalam Mera

Matahari terbit menemani perjalanan kami menuju Dusun Cijere. Perjalanan ini merupakan perjalanan kami yang ke-3 kalinya menuju Dusun Cijere, setelah sebelumnya kami pernah mendatangi Dusun Cijere menemui Jajang koswara sebagi ketua RW 01 Dusun Cijere dan Oma Sutisna (52) sebagai ketua rurukan Desa Nagarawangi. Penerimaan mereka begitu hangat dan ramah.
Kami disuguhi teh hangat dan juga opak di kediaman Oma Sutisna. Kami sedikit berbincang dan Oma Sutisna banyak bercerita tentang pengalamannya melaksanakan kesenian Tarawangsa.
Pada perjalanan kali ini kami tiba malam hari sekitar pukul tujuh. kami menemui warga di sana dan melihat persiapan mereka untuk acara kesenian Tarawangsa. Malam kali ini seakan seluruh hal menjadi luar biasa. Udara dingin Cijere tidak membuat perasaan kami beku, apalagi pemandangan langit penuh bintang terlihat gemerlap cerah ketika sampai di Dusun Cijere Desa Nagarawangi.
Di Dusun Cijere inilah akan dimulai upacara pembukaan Ngalaksa yang mana acara tersebut merupakan acara rutin dan diadakan secara bergilir dari setiap Desa di kecamatan Ranca Kalong. Sebelum acara pembukaan dimulai, Pak Oma selaku ketua rurukan di Dusun Cijere mengumpulkan berbagai hasil pertanian dari warga Ranca Kalong yang kemudian akan dijadikan sebagai bahan untuk upacara Ngalaksa.
Kegiatan mengumpulkan hasil pertanian itu disebut dengan acara Mera. Pada malam terakhir Mera dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan.
Malam ini merupakan malam terakhir acara Mera dan tentunya pada malam ini pula akan dilaksanakan kesenian Tarawangsa. Sebelum prosesi upacara kesenian Tarawangsa dimulai, dilakukan  pembagian kemenyan yang dibungkus dalam paket kecil kepada seluruh sesepuh yang datang.
Mereka pun tak ragu membaca berbagai doa dengan sangat khusyuk di depan bungkusan kecil kemenyan yang mereka terima. Setelah selesai, kemenyan-kemenyan tersebut dikumpulkan kembali. Seorang kuncen menaburkan kemenyan yang telah dikumpulkan tadi ke atas kukus (tempat membakar sesaji) sambil berdoa. Acara tersebut merupakan pembukaan tarawangsa yang disebut dengan ngukus.
Setelah ngukus selesai dilaksanakan di dalam acara yang penuh pesona ini, dilanjutkan dengan ijab kabul dari saehu (pemimpin, istilah penduduk setempat) kepada orang-orang yang dituakan dan kepada peserta yang hadir. Isi dari ijab kabul ini adalah menjelaskan tentang maksud dan tujuan upacara ini dilaksanakan.

Komentar